#157: Freddie, Kurt, dan Sisi Lain Gw

Yang satu vokalis Queen. Yang satu vokalis Nirvana.
Dua-duanya dah mati.
Yang satu karena penyakit AIDS (?). Yang satu karena bunuh diri.
Dua-duanya jadi panutan di dunia musik dunia.
Yang satu, well… Nobody sings like Freddie Mercury. He really got his own style.
Yang satu, bisa dibilang pionirnya apa yang disebut musik alternatif. Waktu itu dengan Seattle Sound-nya. Grunge. Anti-kemapanan? Apapun, yang pasti bikin banyak anak muda keranjingan dan nganggap kalo “He’s the hero!”. Termasuk gw.
Dua-duanya nyeleneh, malah kadang out of line. Gila. Unik. Well, who doesn’t?
Setelah dua-duanya mati, band mereka juga ikutan “mati”.
Queen sempet ngeluarin album yang isinya lagu-lagu yang belum sempat dirilis saat Freddie hidup. Made in Heaven gitu ya? Brian May bikin lagu yang katanya didedikasiin buat Freddie. Too Much Love Will Kill You.
Nirvana malah langsung bubar. Krist Novoselic n Dave Grohl ga berusaha cari vokalis baru biar Nirvana tetep hidup. Motornya udah mati. Gimana mo bisa jalan? Krist Novoselic brenti berkarier di musik. Dave Grohl bikin band baru, Foo Fighter. Dave jadi vokalisnya. Lagunya yang paling gw suka: Walking After You. Kalo gw rasa, ada sedikit Nirvana di Foo Fighter. Just a little bit.
Freddie punya kehidupan seksual yang bikin dia mati. Kurt depresi abis, jadi drugs-addict yang parah banget.
Tapi keberadaan dan karya mereka, buat sebagian orang, termasuk gw, sangat berarti.
Bahkan gw sempat menangisi kematian Kurt. Dan merasa sendiri setelah dia mati.
So?
Di luar segala ingar-bingar glamor dunia seleb mereka… Pathetic lives they had?
Well, kita ga bisa menilai orang hanya dari satu sisi, kan? Karena sebenarnya manusia itu multidimensi. Kita bisa menilai seseorang itu baik atau jahat, karena itu yang kita lihat, yang kita tau. Yang kita ga tau? Who knows but God.
Lagian, ga selamanya harus selalu hitam atau putih kan? There’s (always?) a grey area between them.
Bener ga siy? Atau ini pembenaran gw aja?
Aah.. whaddefak lah.