Jadi sedih *a la Sandra Dewi di Quickie Express* …
Dinihari tadi nonton laga kedua semifinal Champions. Chelsea-Liverpool. Ga nonton dari awal, sih. Tapi pas babak pertama, sempet kebangun n ngeliat score-nya 1-0 buat Chelsea. Ah, masih babak pertama ini, pikir gua teh. Tidur deui wéh, heuheuheu…
Terus kebangun lagi pas babak kedua. Score udah 1-1. Tuh kan? pikir gua lagi teh. Liverpool mah pantang menyerah. “Fortune favours the braves,” ceuk spanduk si fans Liverpool ogé :D. Nonton aja, gua teh.
Sampe babak kedua abis, score masih 1-1. Perpanjangan waktu 2x15 menit (silver goal n golden goal ga dipake lagi yah sekarang? :D). Babak pertama perpanjangan waktu, pastinya dua-duanya pengen pacepet-cepet bikin gol. Biar rada tenang, gitu. Nyerang-nyerang-nyerang. Bertahan-bertahan-bertahan. Eeeh… Hyypia ngganjel Ballack. Di kotak penalti pula. Euh. Penalti buat Chelsea. Lampard took it. Gua ngarep banget Reina bisa nahan. Tapi bos, Reina gerak ke kanan, Lampard nendang ke kiri. Ya gol lah *sigh*. 2-1. Agregat 3-2. Ayo Liverpool, bikin seri aja, pikir gua teh. Secara agregat kan pasti lolos meski seri. Menang head-to-head.
Tapi ternyata Drogba rese itu malah bikin gol lagi! Huh. Eh, bener si rese itu kan tadi yang ngegolin? :D *nginget-nginget* Bukan Essien kan? Hm. Bukan, bukan. Itu mah sebelumnya. Gol-nya Essien dianulir wasit. Para pemain n pendukung Chelsea pada protes. Pastinya. Huhuy. Ya iya lah dianulir. Udah pada offside duluan, tauuu…
Anyway, 3-1 untuk Chelsea. Masih menenangkan diri. Masih ada babak kedua perpanjangan waktu. Dan bener kan? Tendangan keras Babel di sisa waktu tiga menitan lagi bikin score berubah: 3-2. Ayo Liverpool, bikin seri aja, bikin seri aja. Masih tiga menit ini. Tapi… yah… tiga menit yang berharga itu kok rasanya cepet abis. Injury time-nya cuma semenit, pula…
Dan yah… gua harus relain Liverpool kalah. Huhuhuhu… Ga jadi deh masuk final untuk ketiga kalinya dalam empat taun belakangan :-(. Ga jadi deh, ketemu MU di Moscow. Padahal pasti seru, tuh. “Secara” kalo di EPL dua tim itu ketemu, seringnya MU yang menang. Kali aja kalo ajangnya final Champions mah, Liverpool bisa menang, hehehe…
Tapi gua rasa final nanti juga bakalan seru. MU sama Chelsea lagi sama-sama berjuang untuk jadi juara EPL musim ini. Jadi, dua-duanya berkesempatan dapetin double-winner musim ini. Hm.
Gua megang mana? Yah, bos, pake nanya, pula. Ya jelas MU laah… Sejak kapan gua megang Chelsea? :D Mana minggu kemaren di EPL MU baru kalah waktu lawan Chelsea. Pastinya MU semangat banget dong, untuk balas dendam. Dan meskipun belum bisa nandingin musim 1998/1999 waktu dapetin treble-winner (which I remember so well), setidaknya semangat dan aura kebanggaan, kebahagiaan saat itu mestinya bisa jadi doping yang owkay banget buat skuad Sir Alex ini. Cieh, cieh. Udah kayak wartawan aja gua. Kekekek…
Tapi bos, setelah bikin sejarah untuk pertama kalinya masuk final Champions, Chelsea juga pasti pengen menang. Nya heu euh atuh, ujang! Siapa sih, yang ga mau menang n ngangkat piala Champions tinggi-tinggi, dihujani confetti dengan warna senada jersey-nya, diiringi lagu We are the Champions-nya Queen (mikir apa ya Freddie Mercury waktu bikin lagu ini? Kepikiran ga ya, kalo lagunya yang satu ini tuh, bakal dijadiin theme song buat perayaan semua kemenangan yang diraih di segala bidang? :D), terus ngelakuin victory-lap. Senyum-senyum, ketawa-ketawa, lari-lari, loncat-loncat. Buncahan kebahagiaan dan kebanggaan. Buncahan energi positif *LoA dot kom, hehehe*. Daaan… bonus duitnya itu, bos! (Angger nya, UUD. Ujung-Ujungnya Duit *bletags*. Oiya lah oiya dong itu mah, heuheuheu… Mayan buat belanja pemain baru. Atau bayar utang :D.).
Siapa coba, yang ga mau?
*sok-sok begaya retoris. Pék teh aya nu ngacung, hahaha…*
Yah. Begitu lah. Gua sedih Liverpool ga masuk final. Gua sebel banget Chelsea pula yang ngalahin *lirik tajam Drogba n Terry –kayak mereka baca blog gua aja, hekhekhek*. Tapi ya ini lah sepakbola. Sama seperti hidup, penuh drama. Cieee… Menghibur diri ni ye :P.
Eh, tapi ya, entah kenapa, sejak Riise bunuh diri di laga pertama itu, gua udah pasrah kalo Liverpool musim ini ga masuk final. Meski ngedukung pisan untuk menang, tapi feeling gua menyatakan sebaliknya. Ah, pengkhianat nih feeling. Ga bisa diajak kompromi. Heuheuheu…
Tapi beneran. Gol bunuh diri di detik-detik terakhir itu ya, buat gua, seakan jadi pertanda kalo musim ini Liverpool butuh lebih banyak keberuntungan. Kerja keras mah udah pasti lah. Tandang lawan Birmingham di EPL minggu kemaren juga jadi satu pertanda lagi. Ya meski akhirnya seri 2-2, tapi kan awalnya ketinggalan 2-0.
Lagian bos, buat musim ini gua ga nentuin siapa yang bakalan jadi juara Champions. E buset, kayak gua aja yang nentuin siapa yang menang siapa yang kalah :D. Eh tapi bener, tau. Terhitung sejak taun 2005, bersamaan dengan dimulainya blog gua ini *gubrags*, tim yang gua jagoin untuk jadi juara Champions, pasti jadi juara. Perlu bukti?
Taun 2005, gua megang Liverpool. Meski di final ketemu Milan, dan sempet ketinggalan 3-0, gua tetep megang Liverpool. Dan juara.
Taun 2006, Barcelona-Arsenal di final. Gua megang Barcelona. Juara.
Taun 2007, Liverpool ketemu Milan lagi di final. Tapi gua sebelumnya udah menyatakan tekad *halah menyatakan tekad…* untuk jagoin Milan. Jebrét. Milan jadi juara toh, taun kemaren? *wink wink*
Nah, taun ini? :D
Sempet terucap sih, setelah Kakang Maldini ngangkat piala Champions di Athena-ya-kalo-ga-salah, kalo taun 2008, gua pengen MU yang menang. Dan MU masuk final toh? Hehehehe… Energi positif gua bisa mengaruhin para juara itu waktu bertanding, kali ya… *gubrags dueng dueng*
Eiya baru inget. Taun kemaren pas Milan juara, gua ga posting. Padahal udah gua jadiin sebagai kolom tetap *halah* di blog gua nih, posting tentang siapa yang jadi juara Champions teh. Padahal lagi, seru tuh pas gua nonton. Seru karena gua nontonnya di kampus (padahal nontonnya sendiri, dua temen gua pada tidur) pake laptop n tv tuner temen gua :D. Masang antenenya aja bikin seru. Coba taro sana, taro sini, geser situ, geser sono. Tarik kabel. Atur posisi laptop. Semua demi gambar yang bagus, hehehe…
Lagian, ngenapa nonton di kampus, sih? Karena eh karena besok paginya jam delapan ujian akhir topsus, kalo ga salah. Gua bingung milih antara nonton final Champions apa belajar n tidur cepet biar ga kesiangan ujian. Sebenernya sih, udah jelas dong mana yang harus dipilih. Nonton final Champions kan? Hakhakhak… *bletags* Tapi ya belajar juga penting toh? Jadi, jalan tengahnya ya itu: tidur di kampus, sambil nunggu final, belajar deh. When there’s a will, there’s a way, right? *wink*
Tapi, ga serunya, waktu nonton final itu, gua ga bisa tereak kenceng-kenceng. Cuma bisa senyum lebar big grin gitu lah. Iya lah. Kampus kan sepi banget dini hari gitu mah :D. Ga serunya lagi, pas pengalungan medali n penyerahan pialanya ga dilakukan di tengah lapangan kayak taun-taun sebelumnya. Jadi ke podium dulu, nerima medali dan piala. Ngangkat pertama pialanya juga di situ. Jadi kurang berasa euforianya. Begitu dibawa ke tengah lapangan, baru deh berasa. Meski tetep gua ngerasa ga afdol. Lebih afdol dan meriah kalo pengalungan medali dan ngangkat pertama pialanya (biasanya sang kapten yang ngangkat) dilakukan di panggung yang sengaja diset di tengah lapangan. Jadi para pendukung bisa ikut ngerasain apa yang tim kebanggaannya rasain. Gitu bos :D.
Betewe, kalo diinget-inget, mungkin energi positif yang gua dapet waktu liat kebahagiaan akibat *lirik Mama D n KaJib* kemenangan Milan itu, berimbas ke ujian topsus gua. Gua dapet nilai pertama A gua di situ *wink*.
Balik lagi ke Liverpool.
Gua dapet ini di http://www.liverpoolfc.tv:
"It just wasn't to be," he said.
"Sometimes you just have to hold your hands up and admit it wasn't your night.
We gave it absolutely everything and I was as proud to be captain of the team last night as I have ever been.
Even after going behind we kept on fighting and looking to get back into the game and when we managed to do that it looked like we could even go on and win it.
Like I said, it wasn't to be, but it wasn't for a lack of effort. You have to give Chelsea credit, they are a good side – you don't get through to European Cup finals unless you are.
We've all got to look forward because it's never easy to lose a game like this. We were all desperate to win the European Cup again, especially for our fans, who were magnificent again last night.
The backing they gave us was incredible and we're just gutted that we could not repay their support by getting through to the final.
But there is no point in looking back or thinking of what might have been. We have to look forward because we have to go into next season looking to improve again.
Hopefully, we will go into next season with a stronger squad because that could make a big difference, particularly when we're playing in games like last night's.
And if we can bottle the disappointment we're feeling right now it could be a big motivation for us."
Whoaa… Luv Gerrard very much, muach muach… :D
So, Liv, next year lah ya. Fight and win again. YNWA. Never. *lirik Arie*
When you walk through a storm
Hold your head up high
And don't be afraid of the dark
At the end of the storm
Is a golden sky
And the sweet silver song of a lark
Walk on through the wind
Walk on through the rain
Tho' your dreams be tossed and blown
Walk on, walk on
With hope in your heart
And you'll never walk alone
You'll never walk alone
(You’ll Never Walk Alone, source: http://www.liverpoolfc.tv)
(Gambar juga dari http://www.liverpoolfc.tv)
2 comments:
eta ngobrolkeun naon siyy???? teu ngarti maca na :p.....
gile deh meni panjang amat ngomongin bola, pokona mah intina Liverpool kalah, itu kan hasilnya? :D
*kabuuurrrr*
*jitak mba pake palu geologi*
Post a Comment